Silahkan chat dengan kami Admin akan membalas, mohon tunggu.
Bismillah, Ada yang bisa dibantu? ...
Mulai chat ...
Rumah Mleyok, Cikarang

Testimoni
"... pertama menggunakan arsitek online diliputi keraguan & was-was, namun ..."

Desain Rumah Nyaman (1)

       Kenikmatan (comfort) di dalam rumah timbul dari dua macam permasalahan.
  • Pertama, dari keadaan dan pengaturan fisik rumah. 
  • Yang kedua, kenikmatan datang dari penghayatan yang menyentuh jiwa manusia terhadap rumahnya. 
          Kenikmatan di dalam rumah dalam sudut pandang arsitektur rumah adalah;

kenikmatan keadaan dan pengaturan fisik rumah. 

         Kenikmatan yang banyak berkaitan dengan masalah dan sifat-sifat lingkungan kita, ini dikarenakan manusia adalah suatu perwujudan dari keseluruhan makhluk-makhluk di planet bumi ini. Manusia juga memiliki sifat-sifat yang tidak terlalu berbeda dengan kehidupan fisik dunia tumbuh-tumbuhan dan hewan.    
       
          Lain pula halnya dengan kenikmatan yang ditinjau dari segi kejiwaan manusia. Terkadang manusia merasa nikmat justru bukan di dalam rumahnya. 

         Contoh saja, 

Yang aku alami sendiri adalah yang ada pada ayahku. Ayahku ini aneh, kalau berada di rumah dia merasa gelisah walaupun rumahnya besar, ruang tidurnya memakai AC, ada taman di dalam rumah, dan sebagainya. Akan tetapi ketika ayahku pergi keluar rumah dengan berkendaraan - lalu aku sebagai pengemudi kendaraan ayahku - justru ayah langsung menikmati tidurnya. Mobil seolah-olah adalah istananya. Baginya berkendaraan di atas mobil dengan segala kerepotannya adalah jauh lebih nikmat daripada berdiam di rumah bagus manapun. 

          Kenikmatan psikologis memang berbeda menurut kebudayaan dan alam cita rasa masing-masing orang. Bahkan cita rasa dan selera nikmatnya suatu rumah secara kejiwaan bisa sangat berbeda, misalnya antara tua dan muda. Sering juga antara suami dan istri. Bisa juga antara orang tua dan anak. 

          Dengan demikian kenikmatan suatu rumah secara psikologis adalah sangat relatif.
Hal ini aku jelaskan agar pembahasan kenikmatan fisik suatu rumah tidak merambah kepada kenikmatan psikologis suatu rumah.

          Baik, kita kembali kepada tema kita.

          Ada banyak faktor yang mempengaruhi persoalan kenikmatan fisik suatu bangunan rumah. Diantaranya adalah: 
  • sengat dan silau cahaya matahari
  • kalor dan suhu, 
  • kelembaban dan sirkulasi udara
  • kebisingan
  • dan satu lagi cahaya dan terang.
          Untuk Posting kali ini saya bahas satu saja dulu, yaitu permasalahan sengat dan silau cahaya matahari

Sengat dan Silau Cahaya Matahari

          Gangguan cahaya matahari; 
  • Pertama, dari sengat cahayanya. 
  • Kedua datang dari silaunya
          Manusia butuh cahaya matahari atau cahaya penerangan (misalnya lampu) dalam menghayati ruang dan wujud tiga dimensi bangunan rumah. 

Namun, bila cahaya matahari terlalu banyak seperti di Indonesia ini untuk ukuran kenikmatan manusia normal, maka cahaya matahari menjadi gangguan berupa sengatan pada mata dan kulit.

         Gangguan cahaya matahari yang berikutnya adalah; 

dari cahaya matahari yang tidak langsung menyinari rumah. Cahaya ini berasal dari pantulan awan-awan, dinding-dinding yang dicat putih, atap seng dan benda-benda lain yang tidak gelap. Pantulan cahaya matahari ini sangat menyilaukan.

          Untuk mencapai kenikmatan fisik suatu rumah, maka gangguan sengat dan silau cahaya matahari haruslah ditanggulangi. Ada beberapa macam cara untuk menanggulanginya diantaranya:

          Pertama, dengan prinsip "payung" atau prinsip "pembayangan". Yang tergolong pemayungan misalnya :

1. Atap rapat (pada rumah, selasar dan sebagainya)

2. Tritisan atau gimbal atap (penjulangan atap pada cucuran air hujan)

3. Tenda jendela, kerai rapat dan sebagainya

4. Penanaman tanaman rambat (sekaligus sebagai hiasan)

5. Papan atau bidang yang dapat distel pada poros vertikal. Ini juga merupakan prinsip penjulangan atap tetapi dalam posisi vertikal.

6. Penggunaan jendela-jendela rapat (blinden)

         Sengat dan silau cahaya matahari dapat kita tanggulangi pula dengan prinsip "penyaringan" (filter), antara lain:

1. Kerai transparan

2. Jendela krepyak (jalusi)

3. Kisi-kisi dari beton (jalusi beton)

4. Batu kerawang (rooster)

5. Pergola dengan dedaunan tanaman (pergola tanpa dedaunan tanaman justru akan meneruskan sinar matahari pada titik tinggi. Untuk daerah tropis hal ini tidak praktis)

6. Tritisan berlubang (horizontal over hangs) yaitu; 
tritisan yang berlubang-lubang diantara lempeng-lempeng beton horisontal layaknya pergola. Untuk situasi khusus tritisan berlubang masih dibutuhkan misalnya untuk ruang laboratorium yang membutuhkan cahaya matahari dari atas tanpa gangguan silau dari awan.

7. Masih tergolong dalam prinsip filter adalah; 
  • penanaman rumput pada halaman 
  • dan kolam pada halaman. Prinsipnya adalah "penyaringan karena peresapan cahaya pantulan."
          Pemayungan dan penyaringan cahaya matahari selain mempunyai maksud mengurangi atau memperlunak sengat dan silau, 

Juga mengurangi penyinaran kalor yang terpantul dari benda dan bidang-bidang halaman.

          Pada; 
  • atap, cahaya yang datang sebagian besar atau seluruhnya ditolak.
  • Sedang pada krepyak, kisi-kisi, batu kerawang, kerai dan sebagainya hanya sebagian kecil saja sinar matahari yang masuk.
  • Dan pada penanaman rumput
  • tanaman dan bidang kolam sebagian besar sinar matahari dihisap dan hanya sebagian diteruskan yang sudah mengalami pembelokan (defleksi) sehingga pemantulan (refleksi) juga sangat berkurang kekuatan sinarnya.
          Dari semua yang disebut diatas maka baik dengan cara pemayungan ataupun penyaringan sinar, bahan payung dan filter tadi haruslah kita pilih yang tepat artinya bahan-bahan tersebut tidak mudah menjadi bertambah terpantul dan masuknya sinar matahari ke dalam rumah. Atau bahkan menjadi sumber panas baru sesudah ia terkena sinar matahari. 

         Maka dari itu harus selalu diperhitungkan kedudukan benda-benda tadi terhadap sebuah rumah. 

         Contoh saja, pada; 
  • dinding halaman 
  • dan tanah halaman 
  • atau rumah orang lain 
          adalah benda di luar rumah yang akan menjadi sumber panas baru ketika terkena sinar matahari sedangkan atap, dinding rumah, kisi-kisi, daun jendela dan sebagainya adalah benda-benda pada rumah kita, jadi bukan di luar rumah seperti kulit rumah.

         Maka dari segi usaha mengadakan pemayungan dan filter terhadap datangnya cahaya matahari, sebaiknya diusahakan seperti ini :

1. Benda-benda di luar rumah, hendaknya bersifat menyerap sebanyak mungkin sinar. Atau dengan kata lain jangan menyilaukan (banyak sinar terpantul keluar lagi).

2. Sebaiknya kulit-kulit rumah seperti daun jendela, atap dan sebagainya mempunyai daya pantul kembali sinar yang datang dari luar contohnya, krepyak dari almunium, asbes semen putih, plastik mengkilap dan sebagainya.
          Untuk point yang nomor 2 haruslah dipertimbanngkan masak-masak, karena ini kurang menguntungkan bagi tetangga dan orang luar, karena ini sangat mengganggu. Contohnya; 

atap alumunium yang sangat mengkilap akan mengganggu mata orang yang lewat bahkan penghuni sendiri dikarenakan silaunya. 

          Maka harus dipertimbangkan dengan rasa sosial kita terhadap tetangga apakah penyilauan yang menguntungkan penghuni di dalam rumah akan merugikan orang diluar rumah.

Dinding Halaman (pagar tembok)

          Untuk dinding halaman di luar rumah sebaiknya diberi warna muda atau agak gelap karena warna kapur putih sangat menyilaukan dan sebenarnya kurang baik untuk iklim yang lembab. 

Sangat indah ialah dengan cara penanaman tumbuhan rambatan halus yang dapat merayap dan menempel pada dinding luar (pagar atau dinding tetangga). 
  • Dedaunan rambatan itu sekaligus merupakan cat tembok alam yang indah menyejukkan  
  • dan menghisap kelembaban yang tersimpan di dalam dinding.  
  • Jenis tanaman yang dipilih hendaknya yang akar-akarnya tidak merusak terhadap tembok.  
  • Lebih indah lagi bila tanaman itu berbunga banyak.
Bila akar tanaman tetap merusak tembok maka hendaknya tanaman dirambatkan pada jaring-jaring tali kawat atau bahan lain. Akhirnya kita akan tetap mendapatkan dinding tetap bersih, berkurang kesilauan sinar matahari dan indah.

Halaman Rumah

          Untuk tanah halaman dan jalan-jalan tanam dekat rumah karena letaknya yang mendatar merupakan bidang penerima cahaya yang banyak

Oleh sebab itu jangan terlalu banyak memakai pelat-pelat beton atau batu penutup yang mudah menjadi panas dan memancarkan panas ke dalam rumah. 
  • Rumput atau tanah biasa lebih menyejukkan. 
  • Penguapan uap air pada rumput sangat menurunkan suhu diatas tanah di sekitar rumah.
  • Suatu cara yang cerdas adalah pemasangan kerawang-kerawang atau conblok-conblok yang berlubang. Lubang-lubang tersebut ditanami rumput halus. Dengan demikian tanah tetap sejuk
  • dan rumput bisa tetap bertahan walaupun diiinjak-injak atau dilalui kendaraan, karena akar-akarnya tidak terkena.

Pepohonan

          Disamping itu, perlu juga kita tanam pepohonan. Pepohonan merupakan unsur-unsur yang menakjubkan dan mampu membuat seluruh arsitektur dan suasana kediaman menjadi nyaman.

          Yang perlu dihindarkan penanaman pohon besar yang terlalu dekat dengan bangunan. 

         Mengapa begitu? 

         Selain merusak pondasi yang disebabkan oleh akar-akar pohon, penanaman yang terlalu dekat itu menghasilkan sampah dedaunan yang banyak pada talang-talang atau atap rumah. Selain itu juga  dapat menyebabkan kelembaban yang terlalu tinggi pada rumah di musim hujan.

         Pepohonan ini sangat sulit dipisahkan dengan konsepsi arsitektur Indonesia asli. Karena kita ketahui bersama untuk menanam pepohonan diperlukan halaman rumah dan manusia tropika terutama anak-anak kita lebih banyak menghayati kehidupan di luar daripada di dalam gedung. 

         Apalagi di Jawa dan Bali; 

konsep rumah yang pertama-tama bukanlah gedung rumah melainkan halaman. Sedang rumah adalah bagian halaman yang dipayungi.

Bahkan, ada pernyataan seorang ahli Arsitektur Indonesia: "Arsitektur Indonesia adalah Arsitektur Naungan bukan Arsitektur Lindungan" 

Jendela dan Pintu Kaca lebar

          Lalu, cocokkah jendela dan pintu-pintu berkaca lebar?
 
          Untuk masa sekarang, sedang mewabah gaya arsitektur rumah minimalis dan rumah modern. Semua orang berlomba-lomba untuk mempunyai rumah dengan gaya arsitektur minimalis atau modern. Salah satu ciri gaya arsitektur ini adalah dengan adanya jendela-jendela dan pintu-pintu yang berkaca lebar dari atas sampai mencapai bawah mendekati permukaan lantai. Tanpa memperdulikan apakah hal tersebut cocok untuk kenyamanan rumah di Indonesia apa tidak, pokoknya rumah minimalis! Semua orang takut dikatakan ketinggalan zaman, semua orang ingin dikatakan sebagai orang yang modern dan selalu mengikuti tren.

          Kaca-kaca lebar ini tentu dilihat oleh orang-orang Indonesia pada media-media pada rumah-rumah minimalis di negeri seberang. Kaca-kaca lebar pada arsitektur beriklim dingin memang sangat cocok. Di negeri seberang matahari sangatlah mahal, dan hari-hari selalu diselimuti kabut dan suasana kelabu. Sehingga mereka sangat membutuhkan cahaya matahari untuk menghangatkan ruangan rumah-rumah mereka.

          Bagaimana proses pemanasan ruang-ruang dalam rumah dengan jendela-jendela kaca lebar itu?

          Dari 100% cahaya, 
  • yang menembus kaca adalah 80% nya.Dari 80% itu, sebagian jatuh pada lantai, dinding, perabotan rumah dan sebagainya.
  • Sebagian cahaya diserap dan sebagian dipantulkan secara terbaur. 
  • Bidang-bidang benda dalam rumah itu telah memanasi ruangan dengan cara konveksi dan radiasi dari panas yang diterima karena permukaan bidang-bidang tersebut terkena cahaya matahari. 
  • Belum lagi dari kaca itu sendiri telah menyerap panas dan menjadi sumber panas juga.
          Maka dari itulah, kita adalah manusia tropis, kalau kita perhatikan lagi, memang jendela dan pintu yang berkaca lebar memberi kesan bagus dan modern. Akan tetapi, panas dan radiasi kesilauan banyak masuk ke dalam ruangan rumah. Sah-sah saja kita menggunakan jendela dan pintu model demikian, tapi haruslah dipadu dengan halaman rumah yang sudah diteduhi pepohonan besar-besar. Kaca-kaca lebar itu akan tepat kalau menghadap taman yang teduh atau terlindung oleh atap-atap lebar.

Krepyak, Jalusi, Kisi-kisi, atau Louvres

           Suatu sistem yang sudah turun temurun dari nenek moyang kita manusia tropis adalah kisi-kisi, jalusi, krepyak, louvres dan semacam itu. 

Melalui benda-benda itu cahaya matahari dapat dikurangi secara kuantitas maupun kualitas. Posisi krepyak ini bisa secara horizontal maupun vertikal tergantung kebutuhan.

          Akan tetapi, dalam aplikasi krepyak ini jangan salah meletakkannya. 

Krepyak haruslah diletakkan di luar jendela kaca, bukan di dalam jendela kaca. 

         Terkadang saya melihat kesalahan dalam hal ini.

         Lihatlah rumah-rumah kuno, rumah-rumah peninggalan zaman penjajahan Belanda. Orang-orang dulu sudah mengerti akan hal ini. Kalau kita lihat jendelanya rangkap dua. Yaitu; 
  • di luar jendela krepyak
  • di dalam jendela kaca.
Pemasangan krepyak di dalam dapat terjadi pemanasan akibat radiasi panas yang ditimbulkan oleh krepyak itu sendiri. Pemanasan berikutnya adalah pemanasan yang terjadi pada udara yang terkurung di antara jalusi dan kaca. Konveksi yang terjadi pada udara yang terkurung itu akan membantu menyebar panas ke seluruh ruangan rumah.

         Maka dari itu, krepyak atau jalusi harus terletak di luar jendela kaca. Dengan demikian akan terbentuk suatu area aliran mirip cerobong asap di antara jalusi dan kaca. Dimana pada ruang tersebut terjadi konveksi mengalir ke atas secara alamiah, disamping itu udara yang mengalir ke atas (karena karakter udara mengalir dari dingin ke panas, dalam hal ini ke atas) membantu pendinginan.

***

Bibliografi

  • Pengantar Fisika Bangunan oleh Dipl. Ing. YB. Mangunwijaya - Penerbit Djambatan
  • Dasar-dasar Eko Arsitektur oleh Heinz Frick dan FX. Bambang  Suskiyanto - Penerbit Kanisius
  • Majalah IDEA 08/01 - September 2004
  • Majalah IDEA 15/02 - April 2005
  • Tabloid Rumah - 22 Januari - 4 Februari 2003
  • Tabloid Rumah - 30 Mei - 12 Juni 2006